Informasi Dalam Genggaman

Tarian Lapik Semendo Juara Harapan I

Prosesi acara adat lapik Semendo belum lama ini,(Arsip red penajambi)

SAROLANGUN – Kegiatan Swarna bhumi yang menyemarakkan sejumlah tradisi budaya di berbagai daerah dalam Provinsi Jambi belum lama ini, menjadi salah satu ajang perlombaan memperkenalkan tradisi adat dan budaya yang digelar Disbudparpora Provinsi Jambi.

Salah satunya, penampilan tarian Lapik semendo digaungkan oleh Pemerintah Kabupaten Sarolangun melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) yang dibalut dalam festival Swarna bhumi.

Alhasil, tarian Lapik Semendo mendapatkan sambutan hangat nan meriah dari seluruh lapisan masyarakat Sarolangun khususnya dan umumnya Provinsi Jambi.

Namun sayang, tarian Lapik Semendo yang meski ditampilkan dalam penutupan Swarna bhumi di Kabupaten Batanghari, hanya mendapatkan predikat Harapan I atau peringkat keempat.

“Kita dalam pelaksaan Swarnabhumi menampilkan konsep tradisi lapik Semendo, dan Alhamdulillah mendapatkan antusias dari masyarakat serta mendukung penuh tradisi daerah kita ini. Alhamdulillah juga dalam hasil perlombaan festival tradisi kita mendapahkan juara harapan I dan mendapatkan bantuan Rp 750 ribu yang diumumkan pada saat penutupan dan tari Lapik Semendo diminta tampil kembali, ada kerinci, Batanghari dan Tanjabbar,” kata Kadis Dikbud Sarolangun Helmi, Senin (03/10/2022) kepada media ini.

Kedepan kata Helmi, Tarian Lapik Semendo akan kembali dilakukan evaluasi, jika memang harus ada yang ditambah dan diperbaiki akan dilakukan lebih menarikan lagi sehingga dapat meningkatkan prestasi budaya di Provinsi Jambi.

“Kami berharap Iven seperti ini, kedepan di leading kecamatan untuk menjaring tradisi adat di kecamatan ataupun di desanya masing-masing, karena ini merupakan aset budaya tak benda,” katanya.

Dalam momentum HUT Kabupaten Sarolangun tahun 2022 ini, lanjut Helmi, kedepan akan dilaksanakan lomba festival budaya yang tentunya akan menampilkan tarian budaya dari seluruh kecamatan.

Karena pada dasarnya, di berbagai desa banyak aset budaya yang beragam dan harus diwariskan sehingga tidak hilang oleh zaman dan terus menjadi warisan budaya daerah yang harus di pertahankan dan dilestarikan.

“Warisan budaya tak benda inikan sangat mahal harganya karena harus dipraktekkan, di catat dan didokumentasikan . Saya rasa ini banyak sekali, seperti di kecamatan Bathin VIII seperti tradisi memperingati Kenduri pseko yang di desa Tanjung gagal dan kecamatan lainnya,” katanya.

“Jadi, dalam rangka HUT kabupaten Sarolangun, festival budayanya akan diangkat festival tradisi dari kecamatan masing-masing untuk kami lombakan dan ini bakal menjadi cikal bakal aset Warisan budaya tak benda kabupaten Sarolangun, dan akan diajukan ke provinsi dan ke pusat,” kata dia menambahkan.(PJ3)