Informasi Dalam Genggaman

Petani Sawah Diminta Tetap Waspada Banjir

Kondisi Banjir Rendam Sawah di Sarolangun beberapa waktu lalu, (PJ/Hid).

PENAJAMBI.CO, Sarolangun – Curah hujan yang terjadi saat ini juga mengancam areal persawahan para petani di Kabupaten Sarolangun, apalagi petani yang baru melalukan cocok tanam.

Untuk itu, para petani pun diminta untuk tetap waspada terhadap resiko banjir khususnya yang rawan terkena luapan air sungai.

Koordinator Wilayah petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman-Pengamat Hama Penyakit ((POPT-PHP) Kabupaten Sarolangun Juharni mengatakan bahwa hingga saat ini sudah ada sedikitnya 171 hektar sawah mengalami banjir, 15 hektar diantaranya mengalami fuso atau gagal panen.

“Iya, ada 15 hektar alami fuso, dikarenakan genangan air lumpur sehingga tanaman padi gagal,” katanya, Selasa (26/01/2021) saat dikonfirmasi melalui selulernya.

Ia mengatakan luasan hektar sawah yang terkena banjir tersebut sudah dilaporkan ke dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan (TPHP) Kabupaten Sarolangun.

“Laporan pertama pas terkena banjir kemudian seminggu kemudian kita laporkan lagi kondisi sawah, kalau parah terkena lumpur sehingga tidak normal lagi hidupnya, bisa dikategorikan ke ranah fuso. Laporan ketiganya dari sekian banyak yang terkena banjir, 15 hektar terkena fuso,” katanya.

Dari pantauan petugas, kayaknya untuk areal sawah yang terkena fuso ada di Kecamatan Pelawan. Sedangkan di wilayah kecamatan lain, seperti Kecamatan Air Hitam hanya terkena dampak banjir sementara di Kecamatan Pauh areal yang terkena banjir sudah dalam kondisi baru panen.

“Di wilayah Kecamatan Air Hitam, terkena banjir juga tapi tidak mengalami fuso,
Karena genangan air lumpur hanyut, di wilayah tempat lain ada yang sudah panen, tapi air tetap masuk ke lokasi dalam keadaan tanaman kosong,” katanya.

Maka ia menghimbau kepada para petani untuk tetap waspada akan bencana banjir tersebut, jika memang pihaknya masih bisa melakukan upaya penyedotan air maka akan dilakukan, kecuali sudah melebihi ambang batas, maka pihaknya juga tidak bisa berbuat apa-apa.

“Kepada petani, namanya ini bencana atau musibah, bagaimana pun kita harus terima, tapi lebih dari itu kita tetap waspada, kalau banjir misalnya air tenang kami bisa melakukan sedot, tapi di luar ambang batas kami tidak sanggup, kita terima aja keadaan banjir meskipun harus fuso dan mungkin ada cara lain seperti asuransinya,” katanya. (Wahid)