Informasi Dalam Genggaman

Dirut RSUD Chatib Quzwain Bersama DPJP Jawab Soal Penanganan Pasien Covid

Prosesi konferensi pers di aula RSUD Chatib Quzwain Kemarin, (Husnil/Penajambi.co).

PENAJAMBI.CO, Sarolangun – Direktur RSUD Chatib Quzwain Kabupaten Sarolangun bersama Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) Covid-19 memberikan keterangan pers terkait transparansi penanganan pasien positif virus corona serta penggunaan anggaran pemberian insentif bagi tenaga medis yang merawat pasien positif tersebut.

Kegiatan tersebut berlangsung di ruang Komite medik, RSUD Sarolangun, Sabtu (28/06) kemarin. Hadir langsung Direktur RSUD Sarolangun dr Bambang Hermanto, M. Kes, DPJP covid-19 ini dr Ozi Purna, Sp.Pd, dan dr Depina, Sp.Pd.

Direktur RSUD Sarolangun dr Bambang Hermanto mengatakan dalam penanganan pasien Covid, pihaknya tetap mengacu pada SOP yang telah ditentukan oleh kemenkes.

“Pertama kita tidak akan lari dari acuan standar yang telah ditentukan oleh kemenkes, ini soal penanganan pasien Covid, bagi kami tidak ada hal yang ditutup tutupi bahaya, kecuali itu sipatnya rahasia yang dilarang dalam SOP,” katanya.

Persoalan anggaran kata dia juga demikian, pihaknya siap jika ada yang mempertanyakan hal tersebut dan siap diklarifikasi dan dijelaskan secara detail.

“Total keseluruhan Rp 834 juta lebih selama dua bulan ini yang jadi pertanyaan banyak orang, perli saya jelaskan seluruh kegiatan kita bentuk tim gugus penanganan covid-19 di rumah sakit, sekitar 64 orang tenaga medis. Yang melaksanakan tindakan pasien tersebut. Orang orang inilah yang kita berikan insentif sebab selaku garda terdepan, bayangkan nyawa mereka harus dipertaruhkan,” terang dia.

“Dan petugas medis dalam penanganan covid-19 ini diberikan insentif berdasarkan instruksi presiden yang kemudian diteruskan oleh permen keuangan diantaranya besaran insentif itu berupa Dokter 15 juta, perawat 7,5 juta, dokter umum 10 juta, semuanya ada acuan kami tidak mau asal salan,” katanya tegas.

Lanjut dia, hal itu baru sebagian belum lagi jika pasien benar benar positif perlu pengecekan secara benar. Tidak hanya itu saja seluruh pasien apa saja yang masuk ke rumah sakit semua dilakukan cek agar tidak bobol kasus tersebut masuk.

“Ditambah lagi dokter spesialis, dokter umum, perawat, pendukung seperti tenaga labor dan rongsen, satpam jaga pasien dan room boy di ruang isolasi. Kita koordinir untuk menjaring pasien, seluruh pasien yang masuk kita screening bayangkan selama 2 bulan ini ribuan yang kita cek. Ini semua butuh biaya bukan gratis dan tenaga medis kita berikan insentif sesuai aturan,” katanya.

“Kenapa seluruh pasien yang masul kita screning itu untuk mewaspadai pasiem yang masuk benar benar benas covid atau tidak, lagi lagi ini butuh biaya. Selain itu ini juga untuk memitus mata rantai agar tidak menyebar,” terangnya lagi.

Halaman selanjutnya >