Unjuk Rasa Batal, Himsar Jaya Hanya Audiensi

PENAJAMBI.CO, Sarolangun – Rencana aksi unjuk rasa yang akan dilakukan oleh Himpunan Mahasiswa Sarolangun Jakarta Raya (Himsar Jaya) ke RSUD Kabupaten Sarolangun, pada Selasa (23/06/2020) batal dilaksanakan.
Namun, tuntutan para mahasiswa Sarolangun itu berlanjut dalam audiensi bersama Pemerintah Kabupaten Sarolangun dalam hal ini tim gugus tugas percepatan penanganan covid-19 di Ruang Pola Utama Kantor Bupati Sarolangun.
Audiensi tersebut para mahasiswa dari organisasi Himsar Jaya meminta tentang transparansi penggunaan anggaran penanganan pasien covid-19 serta pengelolaan anggaran covid-19 di Kabupaten Sarolangun.
Dalam kegiatan tersebut dihadiri oleh Asisten I Setda Sarolangun Arif Ampera, Kadis Kesehatan, Bambang Hermato, S.Km, M.M, Kakan Kesbangpol Sarolangun Hudri, Kepala BPBD Trianto, Direktur RSUD Sarolangun Dr. Bambang, Kasat Intelkam Polres Sarolangun Iptu Rendie Riebaldy, BPKAD Sarolangun, Dokter dan tenaga medis penanganan pasien covid-19 RSUD Sarolangun serta Himsar Jaya yang diwakili oleh, Makruf Amin dan Lukman dan Keluarga korban covid-19, Alex.
Usai menghadiri audiensi tersebut, Perwakilan Himsar Jaya Makruf Amin menuntut pada tim gugus covid-19 dan rumah sakit memberikan keterangan rinci terkait empat pasien yang masih dalam perawatan. Karena dari pasien itu juga sudah memakan anggaran hingga ratusan juta.
Ia juga mengatakan banyak keluhan dari pelayanan pasien hingga transparansi dana Covid-19. Pelayanan rumah sakit yang mengharuskan dokter masuk setiap hari, ternyata seperti keterangan keluarga pasien 02 mulai dari makanan hingga jadwal dokter tidak dicukupi.
“Seperi kurang diperhatikan,” katanya.
Katanya, jika sesuai protap bahwa dokter selama mengecek pasien tidak bisa berkomunikasi langsung, justru hanya patugas piket saja. Pihaknya meminta agar ada perubahan dan peningkatan pelayanan pada pasien covid.
Mengingat, pasien covid-19 sudah terlalu lama di dalam ruangan isolasi, kurang lebih dua bulan lamanya. Hal ini ditakutkan bisa mengakibatkan pasien menjadi beban psikologis.
“Itu beban psikologis, bukan lagi corona,” katanya.